Kamis, Juni 18, 2009

KEUNIKAN MASYARAKAT DI MARGASARI


Kita lanjutkan cerita kita dengan keunikan masyarakat di Margasari. Saya yakin tiap-tiap masyarakat dimanapun kita berada memiliki ciri khas dan keunikan budaya masing-masing yang dapat memperkaya khasanah budaya di Nusantara kita ini.
Masyarakat di Margsari pun demikian. Yang unik menurut saya adalah kekerabatan di masyarakat mereka masih cukup erat. Tiap kali ada yang sakit dan dirawat di Pukesmas Perawatan, pasti yang menunggui pasien banyak sekali. Tidak cukup keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak saja, bahkan keluarga dalam arti luas pun turut serta. Kakek, Nenek, Paman, Acil, kemanakan, cucu-cucu bahkan tetangga sekitar dan masyarakat 1 RT pun tumplek blek di sana. Jadi urusan menengok pasien pun menjadi ajang untuk saling bersilaturahmi di antara mereka.

Yang paling unik menurut saya adalah saat pasien dirawat, pasien tidak mau ditempatkan di bed pasien di atas tapi memilih untuk tidur di atas tilam (kasur) berhamparkan tikar di bawah, dikerumuni keluarga sanak family dan tetangga-tetangga sekitarnya. Sungguh unik sekali. Untung nggak ada wartawan Metro TV yang meliput ya. Saya nggak tahu apakah masih ada yang seperti ini di wilayah Indonesia yang lain.
Keunikan lainnya adalah masyarakat di Margasari ini sudah sangat menyatu dengan alat transportasinya yaitu sampan / kapal miliknya. Jadi ketika memeriksa pasien pun saya sambil memeriksa di atas sampan, alasannya karena pasien tidak bisa jalan (stroke). Selain itu saya dan salah satu perawat pernah menginfus pasien Hiperemesis Gravidarum di atas kapal karena pasiennya kondisinya terlalu lemah sehingga tidak bisa dibawa ke Puskesmas Perawatan. 2 orang perawat saya pun pernah merawat luka pasien (gangren diabetikum) di atas kapal seminggu sekali sampai lukanya mengering.
Yang tidak bisa saya lupakan adalah saat saya dijemput untuk memeriksa kondisi pasien di rumahnya (Home Visite) naik sampan / kelotok. Dag-dig-dug juga melihat sampannya keciil banget, yang cukup dinaiki 3 orang saja, untungnya sampannya bermesin kelotok bukan didayung….(hiii…. kapan nyampenya ya ?) Meskipun gak bisa berenang tapi saya selalu berdoa semoga tidak terjadi apa-apa selama saya berkelotok ria di wilayah Margasari ini. Saya senang dijemput ke rumah pasien naik kelotok karena bagi saya hal itu bagaikan wisata gratis keliling Margasari naik kelotok. Sore hari itu di saat matahari hampir terbenam (sambil melihat semburat langit jingga di langit), saya berbaju dinas sore itu (berbaju daster dan bersandal jepit ria……. hehehehe…..) diundang pasien untuk Home Visite di rumahnya memeriksa kerabatnya yang kena Sirosis Hepatis di desa seberang sungai sana (Desa Pariok). Di sepanjang sungai saya melihat anak-anak bersenda gurau mandi-mandi di kali. Di sampingnya Acil-acil, Paman-paman, tua muda juga sedang asyik mandi ataupun bercengkerama di pinggir sungai. Sungguh suatu pemandangan yang eksotik…..
Saya baru tahu kalau rumah orang Margasari ini punya 2 halaman. Halaman muka menghadap ke jalan raya (itu mah biasa). Yang unik halaman belakang mereka menghadap ke sungai. Di belakang rumah biasanya terdapat tempat menjemur pakaian, kamar mandi plus WC cemplungnya hehehehe ….. (istilah mereka jamban). Selain itu ada dapur dan sedikit tempat untuk duduk-duduk menghadap ke sungai. Kamar mandi yang saya maksud di sini maksudnya tempat mandi ramai-ramai para anggota masyarakat di sekitar situ (terutama yang di rumahnya tidak memiliki kamar mandi). Masyarakat di sana menyebutnya batang. Jadi kalau acara mandi pagi atau sore, masyarakat selalu menyebutnya mandi ke batang. Weleh – weleh…. unik banget ya….

Masyarakat Margasari juga biasa mengambil air ke sungai untuk segala jenis keperluan mereka. Istilah mereka mengambil banyu ke batang. Untuk air minum sehari-hari, mencuci beras, mencuci sayuran, peralatan masak, peralatan makan dsbnya dari air sungai itu. Apakah di sana tidak ada sumur atau sumber air yang lain (PDAM) misalnya ? Untuk sumur jarang masyarakat memilikinya alasannya air sumur rasanya masam (payau), kalau mau air yang benar-banar bersih harus mengebor sumur sampai kedalaman > 30 m baru dapat air yang benar-benar bersih. Masalahnya terletak pada biaya pembuatan sumur (pengeboran) yang tidak murah. Sebagian masyarakat yang lebih maju pemikirannya biasanya berlangganan PDAM. Alhamdlillah di daerah terpencil seperti di Margasari masih ada PDAM meskipun skalanya kecil. Saya adalah salah satu pelanggan PDAM tersebut.

Untuk pengolahan air minumnya masyarakat menggunakan tawas. Jadi air sungai ditampung di bak besar kemudian dicampur tawas, dibiarkan beberapa lama (biasanya semalaman) sampai kotorannya mengendap. Bila kotorannya sudah mengendap keesokan harinya baru dipakai untuk minum, memasak dan lainnya. Sedangkan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus) langsung aja pergi ke batang untu MCK tersebut. Praktis khan….? (dan unik juga tentunya).

Jadi penyakit-penyakit yang banyak terdapat di lingkungan masyarakat Margasari juga terkait erat dengan kebiasaan masyarakat tadi. Penyakit yang banyak misalnya : diare dan gatal-gatal (scabies) karena semua aktivitas masyakat dilakukan di sungai. Pernah saya membuat proyek Desa Sehat berupa Pembuatan Proyek Pengadaan Air Bersih, tapi karena tradisi dan kondisi masyarakat yang demikian tadi maka proyek itu tidak terlalu berhasil.
Itu tadi sekelumit gambaran kondisi kesehatan masyarakat di Margasari, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Sungguh unik dan tak terlupakan.

4 komentar:

  1. ..yang unik meskipun terpencil masyarakat Margasari yang merantau banyak yang jadi orang terkenal/pejabat publik di Kalsel... misalnya dr Anshary Saleh sekarang namanya diabadikan menjadi nama salah satu rumah sakit di Banjarmasin) di lahirkan di Desa Buas Buas... beberapa kepala dinas di Pemko Banjarmasin/Provinsi juga banyak berasal dari Margasari tersebut..

    BalasHapus
  2. Makasih atas tanggapannya. Meskipun dengan segala keterbatasannya namun saya tetap salut dan hormat dangan Masyarakat Margasari dengan segala keunikannya tadi. Buat saya itu pengalaman yg tak kan terlupakan. Mereka org2 yang sederhana, ulet dan sangat religius. Memang Alloh menciptakan tiap2 mayarakat dengan keunikan masing2 utk saling memberi pelajaran / melengkapi satu sama lain. Alhamdulillah....

    BalasHapus
  3. dok, di margasari apa ada lowongan buat radiografer ??

    BalasHapus
  4. Dr Thary ,sy dr Noor Achmadi SpAn.Sy juga pernah bertugas di Puskesmas Candi Laras Selatan sekitar thn 1989 smp 1991....Kl dr Thary gak keberatan,sy minta no hp nya,pingin info jalan dan keadaan Margasari.Rencana,pertengahan Okt ini sy pingin ke Margasari

    BalasHapus