Rabu, Juni 24, 2009

PERKEMBANGAN INTERNET DI INDONESIA DARI MASA KE MASA

Perkembangan dunia komputer dan internet akhir-akhir ini benar-benar sangat menakjubkan. Saat sedang mengakses internet saya ketemu dengan seorang anak kelas 6 SD yang sedang asyik memencet-mencet keyboard computer. Rupanya ia sedang ngasih comment pada skin friendster temannya yang baru diganti. Wah….. bukan main… Saat ini internet bisa diakses siapa saja di mana saja di seluruh penjuru dunia. Tahun 1986 saat saya seumuran dia dulu, computer masih belum lazim digunakan orang di Indonesia. Kita hanya bisa melihatnya di film-film science fiction yang diputar di televisi saat itu.

Kita sedikit flashback perkembangan komputer di Indonesia. Tahun 1989 jangankan internet, komputer saja masih merupakan barang mewah, tidak semua orang bisa memilikinya. Saya tahu computer karena teman sekolah saya di SMP (Nia) memilikinya di rumah. Saya sangat mengagumi computer Nia karena computer itu bisa digunakan untuk membuat kartu-kartu ucapan dan banner yang sangat lucu….. Saya bertekad ingin memilikinya suatu saat nanti. Saat saya kuliah Semester II di FE UGM (tahun 1994) keinginan saya memiliki komputer pun kesampaian. Ibu saya membelikan sebuah computer agar bisa menunjang tugas-tugas kuliah saya. Saat itu computer hanya digunakan untuk keperluan ketik mengetik dan surat menyurat saja. Tahun 1996 MP3 mulai masuk computer sehingga kita bisa mengetik tugas sambil mendengarkan musik, ya…. lumayanlah ada sedikit hiburan. Tahun 2000 komputer mulai berkembang ke arah multimedia sehingga bisa untuk memutar VCD.

Mengenai internet sendiri mulai berkembang dan marak pada tahun 1999. Saat itu warnet mulai bermunculan di kota-kota besar di Indonesia termasuk di Yogyakarta. Saya bersukur ada teman yang mau mengajari saya internet pada waktu itu. Teman saya itu namanya Herlin, dia adalah salah satu relawan di LSM untuk menanggulangi AIDs di Indonesia (LSM Lentera). Dia mempunyai banyak kenalan di luar negeri dan untuk saling berkomunikasi digunakan e-mail karena cepat dan murah. Dengan e-mail bisa menghemat biaya untuk berkirim kabar ke luar negeri. karena email dapat diterima hanya dalam hitungan detik, dan biayanya pun hanya sebesar ongkos sewa warnet 1 jam. Di tahun 1999 pula saya punya banyak teman (sahabat pena) dari luar negeri seperti Vickey dan Anis Babar dari Pakistan dan Raja Kamarazaman dari Malaysia. Media yang saat itu sedang tren adalah chatting dan e-mail karena cepat dan murah. Saat itu sedang marak e-Commerce yang menggunakan media internet sebagai sarana promosi produk-produk (barang dan jasa) terutama untuk produk-produk yang sering diekspor ke luar negeri seperti produk meubel dsb. Kalau mau produk laku di pasaran maka si pemilik mempromosikannya melalui internet. Saat itu juga sedang marak kampus-kampus dan kantor-kantor memasang Websitenya di Internet seperti kampus saya : www.ugm.ac.id dan www.umy.ac.id. Saya pun tak mau kalah, saya juga punya personal homepage (homepage pribadi) di Gurlmail.

Dosen saya di kampus pun mewajibkan mahasiswanya mencari bahan kuliah di Internet. Yang paling rajin memberi tugas kuliah adalah Prof. Dr. dr. Rusdi Lamsudin M.Med.Sc. Bahkan untuk tugas akhir di Fakultas Kedokteran pun saya menggunakan bahan dari internet. Luar biasa internet ini…. banyak manfaat bisa kita petik dari internet. Saat itu pun sudah marak isu pornografi di internet, tapi saya kurang tertarik dengan hal-hal semacam itu. Ternyata akan terimbas atau tidak seseorang dengan hal tersebut terpulang pada kemauannya masing-masing. Saya terakhir berhubungan dengan internet tahun 2004 awal sejak saya dilantik jadi dokter umum dan bertugas di salah satu klinik di Yogya. Saya pikir perkembangan internet hanya akan begitu-begitu saja tak ada perkembangan berarti, namun ternyata saya salah besar.

Tahun 2005 saya ditugaskan di Kalimantan Selatan sebagai seorang dokter PTT di wilayah terpencil. Selama 2,5 tahun saya sama sekali terputus dari internet. Jangankan internet, sambungan telpon pun sulit didapat di sana. Untungnya untuk berkomunikasi sinyal HP masih menjangkau sampai di sana. Saya nggak bisa bayangkan gimana para dokter yang ditugaskan di sana saat sinyal HP belum sampai di sana. Saat itu saya sudah punya laptop untuk keperluan mengetik tugas-tugas rutin karena sebagai Pimpinan Puskesmas saya selalu disibukkan untuk mengetik macam-macam laporan. Namun saat itu laptop saya blm bisa tersambung dengan internet mengingat di Kecamatan kami yang terpencil (Margasari) belum ada jaringan Speedy.

Sepulang dari Kalimantan saya bertugas di RS Swasta di Banyuwangi. Ternyata yang lagi ngetren sekarang adalah blogging dan situs jejaring social seperti Friendster dan Facebook. Friendster digemari terutama oleh para ABG dan anak-anak sekolah. Facebook digemari oleh orang-orang yang lebih dewasa. Facebook ramai digunakan sebagai ajang reuni antar sekolah atau bertemu kembali dengan teman-teman lama. Banyak teman-teman yang bisa ketemu lagi setelah menghilang sekian lama berkat jasa facebook ini. Keunggulan facebook ini banyak karena accountnya dilengkapi foto sehingga bisa ketahuan siapa pemilik accountnya. Juga bisa nulis langsung e-mail tanpa harus membuka account e-mail. Bila bertemu teman yang lagi online malah bisa langsung chat saat itu juga. Juga dilengkapi dengan upload foto dan video. Semua sudah tercakup dalam satu wadah, benar-benar praktis dan menyenangkan. Really fun ! Chatting dan account e-mail tidak terlalu marak seperti saat-saat sebelumnya padahal dulu mIRC pernah merajai di mana-mana. Ternyata tiap masa pun ada trennya….

Tadinya saya tidak terlalu paham dengan yang namanya blogging. Saya pikir blogging itu adalah ajang untuk mereka yang suka narsis (suka mengagumi diri sendiri dan suka menonjolkan diri ke orang lain). Karena di situ bisa menampilkan foto dan video untuk ditunjukkan ke orang lain. Saya sendiri orangnya cenderung introvert tidak suka menonjolkan diri. Ternyata saya salah. Justru dengan blogging kita bebas menuliskan apa saja yang ada di benak kita. Bebas mengekspresikan apa yang ada pada diri kita. Bisa nulis puisi, bisa nyanyi, atau sekedar curhat (daripada nggak dicurhatkan dan menuhin pikiran). Siapa tahu ada orang yang mendengarkan curhat kita dan bisa ngasih solusi. Bisa juga sebagai sarana untuk saling berbagi. Berbagi informasi apa saja misalnya lagu – lagu terbaru band papan atas atau justru lagu-lagu lawas yang sulit dicari filenya. Pokoknya banyak sekali manfaat yang kta dapatkan dari blogging.

Saat ini marak isu pengharaman Facebook dari beberapa ulama. Juga marak isu pornografi di Internet. Menurut saya, itu semua terpulang pada individu masing-masing. Internet bisa positif atau negatif itu tergantung pilihan masing-masing. Ibarat pisau bermata dua, kalau digunakan untuk kebaikan jadi baik, dan bila dimaksudkan untuk tujuan tidak baik jadinya juga tidak baik. Jadi kontrol dirilah yang memegang peranan penting. Karena itu sebelum melepas anak-anak kita ke dunia maya, sebaiknya kita bekali dulu mereka dengan keimanan dan kontrol diri (agama) yang kuat agar ketika era kebebasan itu datang tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang membawa kemudhorotan. Bisa memilah-milah mana yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri. Bila perlu dampingi dan beri pengertian karena mereka ini adalah individu-individu yang masih butuh bimbingan.

Kamis, Juni 18, 2009

DOKTER JUGA MANUSIA

Banyak orang beranggapan kalau dokter kesehatannya pasti lebih prima daripada para pasiennya. Malah ada yang menganggap bahwa dokter itu nggak pernah sakit atau malah nggak boleh sakit. Mungkin orang-orang menganggap dokter khan pengetahuannya mengenai kesehatan jauh lebih baik daripada masyarakat yang awam tentang kesehatan. Tapi seberapapun prima kesehatan seorang dokter toh sekali waktu bisa sakit juga.

Kebetulan kisah ini terjadi terjdi pada diri saya sendiri. Saat itu saya masih bertugas sebagai Dokter PTT di Puskesmas Baringin, Kec. Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Propinsi Kalsel. Suatu sore yang cerah sehabis sholat magrib saya pergi ke toko Pak Zulpatmi (merangkap Rumah Dinas Pos) di samping Kantor Puskesmas untuk beli aqua gelas 1 kardus karena persediaan aqua di rumah sudah habis. Saya memang biasa beli aqua gelas untuk minum sehari-hari karena kualitas air minum di lokasi PTT saya kurang layak minum. Setelah membayar uang pembelian aqua saya sempat bersenda gurau dengan Pak Izul dan Ibu Herinawati di depan rumahnya. Hubungan pertemanan kami cukup akrab (sudah seperti keluarga sendiri). Saya pendatang dari Yogyakarta sedang beliau dan keluarga berasal dari Kota Kandangan (bukan asli dari Margasari).

Pak Izul sempat menawarkan untuk membawakan aqua 1 dos ke rumah saya yang berjarak 500 m dari tokonya. Saya menolak dengan alasan saya masih bisa membawanya sendiri ke rumah. Saat itu saya mengenakan baju gamis berwarna biru bergaris-garis dan aqua saya letakkan di depan. Tanpa sengaja sepeda motor saya gas tapi saya nggak ingat kalau saat itu gigi masuk 1 (Gear 1). Akibatnya sepeda motor meloncat hampir menabrak pagar rumah, saya kaget dan terjatuh ke samping kiri akibat kehilangan keseimbangan. Yang saya rasakan saat itu kaget, bingung dan badan seperti mau jatuh ke kiri. Langsung orang-orang di warung kopi Ibu Parno (di seberang toko Pak Izul) berlarian mengerubungi saya. Saya merasa pusing, segera Pak Izul membopong saya masuk ke kamar anaknya agar saya bisa lebih tenang beristirahat. Tangan kiri saya rasanya lemas tak bertenaga, sama sekali nggak bisa diangkat. Setelah sampai di kamar Dik Rama, saya perhatikan baik-baik ternyata tangan kiri saya bengkak dan rasanya nyeri sekali. Segera Pak Izul meminta orang memanggilkan dr. Asih Yuliatin yang bertugas di Puskesmas seberang sungai untuk memeriksa saya. Orang-orang ramai hiruk pikuk menyarankan saya untuk dipijat tapi saya menolak.

Dokter Asih segera datang, dari hasil pemeriksaannya ada kecurigaan tangan kiri atas saya patah. Segera dr. Asih membuatkan spalk dari bahan seadanya (kardus mie bekas)….. hihihihi…… kreatif juga nich dr. Asih. Saya diberi obat untuk diminum, setelah itu segera dinaikkan ambulan dan dibawa ke RS terdekat. Di RS terdekat (RS Kandangan) dokternya sedang tidak di tempat, maka saya segera dibawa ke RSU Ulin di Banjarmasin. Jarak dari Puskesmas saya sampai RSU Ulin kira-kira 3,5 jam. Wah….. tambah panjang lagi nich perjalanan saya. Untung saat itu saya ditemani dr. Asih dan 2 orang staf saya Asmawiansyah dan Yusmiliawati.

Di RSU Ulin saya segera diperiksa dokter jaga UGD. Saya langsung ditangani di sana. Spalk saya yang sangat sederhana dari bekas kardus mie tadi segera diganti dengan spalk yang lebih baik. Dokter dan perawat di sana tersenyum melihat betapa sangat sederhananya spalk yang saya pakai. Setelah itu saya diroentgen malam itu juga. Hasilnya tangan kiri atas saya (tulang humerus) patah dan saya harus menjalani rawat inap untuk dilakukan tindakan operasi pemasangan plat. Dokter konsulennya saat itu dr. Andreas Sp.BO, saya sangat berterima kasih pada beliau yang sudah merawat saya dari saat saya dirawat di ruangan hingga sembuh. Di sana saya bertemu dengan Perawat Kepala Rungan yang sangat baik dan perhatian yaitu Ibu Hj Lis Agustini dan semua perawat. Saya juga berterima kasih pada Pemda Kabupaten Tapin karena sudah membiayai semua biaya perawatan saya sebesar Rp 8 juta.

Sungguh luar biasa pengalaman saya ini. Saya nggak pernah menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Siapa yang menyangka seorang dokter akan mengalami patah tulang sampai harus dioperasi ? Ternyata dokter juga manusia biasa yang bisa sakit seperti yang lainnya. Pelajaran yang saya terima adalah kita sebagai makhluk Alloh harus selalu mensyukuri selagi badan kita sehat dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan-Nya. Alhamdulillah keadaan saya saat ini sehat dan tangan saya bisa berfungsi normal kembali meskipun pernah menjalani operasi pemasangan plat. Alhamdulillah….. Mudah-mudahan cerita saya ini bisa bermanfaat untuk semuanya.

KEUNIKAN MASYARAKAT DI MARGASARI


Kita lanjutkan cerita kita dengan keunikan masyarakat di Margasari. Saya yakin tiap-tiap masyarakat dimanapun kita berada memiliki ciri khas dan keunikan budaya masing-masing yang dapat memperkaya khasanah budaya di Nusantara kita ini.
Masyarakat di Margsari pun demikian. Yang unik menurut saya adalah kekerabatan di masyarakat mereka masih cukup erat. Tiap kali ada yang sakit dan dirawat di Pukesmas Perawatan, pasti yang menunggui pasien banyak sekali. Tidak cukup keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak saja, bahkan keluarga dalam arti luas pun turut serta. Kakek, Nenek, Paman, Acil, kemanakan, cucu-cucu bahkan tetangga sekitar dan masyarakat 1 RT pun tumplek blek di sana. Jadi urusan menengok pasien pun menjadi ajang untuk saling bersilaturahmi di antara mereka.

Yang paling unik menurut saya adalah saat pasien dirawat, pasien tidak mau ditempatkan di bed pasien di atas tapi memilih untuk tidur di atas tilam (kasur) berhamparkan tikar di bawah, dikerumuni keluarga sanak family dan tetangga-tetangga sekitarnya. Sungguh unik sekali. Untung nggak ada wartawan Metro TV yang meliput ya. Saya nggak tahu apakah masih ada yang seperti ini di wilayah Indonesia yang lain.
Keunikan lainnya adalah masyarakat di Margasari ini sudah sangat menyatu dengan alat transportasinya yaitu sampan / kapal miliknya. Jadi ketika memeriksa pasien pun saya sambil memeriksa di atas sampan, alasannya karena pasien tidak bisa jalan (stroke). Selain itu saya dan salah satu perawat pernah menginfus pasien Hiperemesis Gravidarum di atas kapal karena pasiennya kondisinya terlalu lemah sehingga tidak bisa dibawa ke Puskesmas Perawatan. 2 orang perawat saya pun pernah merawat luka pasien (gangren diabetikum) di atas kapal seminggu sekali sampai lukanya mengering.
Yang tidak bisa saya lupakan adalah saat saya dijemput untuk memeriksa kondisi pasien di rumahnya (Home Visite) naik sampan / kelotok. Dag-dig-dug juga melihat sampannya keciil banget, yang cukup dinaiki 3 orang saja, untungnya sampannya bermesin kelotok bukan didayung….(hiii…. kapan nyampenya ya ?) Meskipun gak bisa berenang tapi saya selalu berdoa semoga tidak terjadi apa-apa selama saya berkelotok ria di wilayah Margasari ini. Saya senang dijemput ke rumah pasien naik kelotok karena bagi saya hal itu bagaikan wisata gratis keliling Margasari naik kelotok. Sore hari itu di saat matahari hampir terbenam (sambil melihat semburat langit jingga di langit), saya berbaju dinas sore itu (berbaju daster dan bersandal jepit ria……. hehehehe…..) diundang pasien untuk Home Visite di rumahnya memeriksa kerabatnya yang kena Sirosis Hepatis di desa seberang sungai sana (Desa Pariok). Di sepanjang sungai saya melihat anak-anak bersenda gurau mandi-mandi di kali. Di sampingnya Acil-acil, Paman-paman, tua muda juga sedang asyik mandi ataupun bercengkerama di pinggir sungai. Sungguh suatu pemandangan yang eksotik…..
Saya baru tahu kalau rumah orang Margasari ini punya 2 halaman. Halaman muka menghadap ke jalan raya (itu mah biasa). Yang unik halaman belakang mereka menghadap ke sungai. Di belakang rumah biasanya terdapat tempat menjemur pakaian, kamar mandi plus WC cemplungnya hehehehe ….. (istilah mereka jamban). Selain itu ada dapur dan sedikit tempat untuk duduk-duduk menghadap ke sungai. Kamar mandi yang saya maksud di sini maksudnya tempat mandi ramai-ramai para anggota masyarakat di sekitar situ (terutama yang di rumahnya tidak memiliki kamar mandi). Masyarakat di sana menyebutnya batang. Jadi kalau acara mandi pagi atau sore, masyarakat selalu menyebutnya mandi ke batang. Weleh – weleh…. unik banget ya….

Masyarakat Margasari juga biasa mengambil air ke sungai untuk segala jenis keperluan mereka. Istilah mereka mengambil banyu ke batang. Untuk air minum sehari-hari, mencuci beras, mencuci sayuran, peralatan masak, peralatan makan dsbnya dari air sungai itu. Apakah di sana tidak ada sumur atau sumber air yang lain (PDAM) misalnya ? Untuk sumur jarang masyarakat memilikinya alasannya air sumur rasanya masam (payau), kalau mau air yang benar-banar bersih harus mengebor sumur sampai kedalaman > 30 m baru dapat air yang benar-benar bersih. Masalahnya terletak pada biaya pembuatan sumur (pengeboran) yang tidak murah. Sebagian masyarakat yang lebih maju pemikirannya biasanya berlangganan PDAM. Alhamdlillah di daerah terpencil seperti di Margasari masih ada PDAM meskipun skalanya kecil. Saya adalah salah satu pelanggan PDAM tersebut.

Untuk pengolahan air minumnya masyarakat menggunakan tawas. Jadi air sungai ditampung di bak besar kemudian dicampur tawas, dibiarkan beberapa lama (biasanya semalaman) sampai kotorannya mengendap. Bila kotorannya sudah mengendap keesokan harinya baru dipakai untuk minum, memasak dan lainnya. Sedangkan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus) langsung aja pergi ke batang untu MCK tersebut. Praktis khan….? (dan unik juga tentunya).

Jadi penyakit-penyakit yang banyak terdapat di lingkungan masyarakat Margasari juga terkait erat dengan kebiasaan masyarakat tadi. Penyakit yang banyak misalnya : diare dan gatal-gatal (scabies) karena semua aktivitas masyakat dilakukan di sungai. Pernah saya membuat proyek Desa Sehat berupa Pembuatan Proyek Pengadaan Air Bersih, tapi karena tradisi dan kondisi masyarakat yang demikian tadi maka proyek itu tidak terlalu berhasil.
Itu tadi sekelumit gambaran kondisi kesehatan masyarakat di Margasari, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Sungguh unik dan tak terlupakan.